Poster Kecanduan Gadget
Kuesioner Kecanduan Gadget
© 2024 Trans Media, CNN name, logo and all associated elements (R) and © 2024 Cable News Network, Inc. A Time Warner Company. All rights reserved. CNN and the CNN logo are registered marks of Cable News Network, Inc., displayed with permission.
08 Oktober 2024 | 2 bulan lalu
Banyak orang yang mengalami kecanduan sama gadgetnya di era digital ini, tapi hanya sedikit yang tahu cara mengatasinya. Berikut 3 tips dariku :]
©2024 iStockphoto LP. Desain iStock adalah merek dagang iStockphoto LP.
Berdasarkan data BPS, jumlah pengguna gadget untuk anak usia dini di Indonesia sebanyak 33,44%, dengan rincian 25,5% pengguna anak berusia 0-4 tahun dan 52,76% anak berusia 5-6 tahun. Hal ini tidak menutup kemungkinan dapat memicu kecanduan gadget pada anak. Kecanduan gadget pada anak menjadi fenomena yang semakin mengkhawatirkan di era digital ini. Menurut survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia, lebih dari 71,3% anak usia sekolah memiliki gadget dan memainkannya dalam porsi yang cukup lama dalam sehari serta sebanyak 79% responden anak boleh memainkan gadget selain untuk belajar. Anak-anak yang menghabiskan terlalu banyak waktu di depan layar sering kali mengalami berbagai masalah, mulai dari gangguan tidur, penurunan prestasi akademik, hingga masalah sosial dan emosional.
Penggunaan gadget pada anak menjadi perhatian karena dapat memicu kecanduan dan berdampak negatif pada perkembangan fisik, mental, dan sosial mereka. Anak-anak yang kecanduan gadget cenderung mengalami masalah dalam konsentrasi, perkembangan bahasa, dan keterampilan motorik. Frekuensi penggunaan gadget yang lebih tinggi dikaitkan dengan penurunan kecerdasan verbal dan peningkatan volume otak yang lebih kecil setelah beberapa tahun yang berpengaruh pada pemrosesan bahasa, perhatian, memori, fungsi eksekutif, fungsi emosional dan penghargaan.
Lantas mengapa anak bisa kecanduan gadget? Anak bisa kecanduan gadget karena faktor internal maupun eksternal. Faktor internalnya berasal dari perspektif fisiologis yakni penggunaan gadget yang dapat merangsang pelepasan dopamin di otak, yang dikenal sebagai “hormon kebahagiaan” karena perangkat ini menawarkan hiburan yang instan dan menarik. Game, media sosial, dan video online menyediakan stimulasi visual dan interaksi yang terus menerus, membuat anak merasa terhibur dan terikat. Selain itu, gadget dapat membuat anak merasa lebih terhubung secara sosial, meskipun sebenarnya interaksi yang mereka alami mungkin kurang mendalam dibandingkan dengan interaksi tatap muka. Gadget menyediakan cara yang mudah untuk mengakses hiburan dan interaksi sosial. Banyak anak menggunakan gadget untuk berkomunikasi dengan teman-teman mereka melalui media sosial atau aplikasi pesan instan lainnya.
Untuk faktor eksternal berasal dari kurangnya pengawasan dan batasan dari orang tua maupun caregiver anak. Banyak orang tua yang memberikan gadget kepada anak sebagai cara mudah untuk mengalihkan perhatian mereka atau sebagai hadiah. Padahal, tanpa pengaturan waktu yang jelas, anak bisa dengan mudah terjebak dalam penggunaan yang berlebihan. Tidak adanya alternatif kegiatan yang menarik di luar penggunaan gadget juga memperburuk situasi, membuat anak cenderung lebih memilih bermain dengan gadget daripada melakukan aktivitas lain yang lebih bermanfaat.
Untuk mengatasi kecanduan gadget pada anak, perlu adanya upaya terpadu dari orang tua dan lingkungan sekitar. Orang tua merupakan orang terdekat anak yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan anak-anak di rumah memiliki tugas untuk mengontrol dan mengawasi penggunaan gadget, seperti menetapkan aturan yang jelas mengenai waktu penggunaan gadget, termasuk durasi harian dan waktu tertentu di mana gadget tidak boleh digunakan, seperti saat makan dan sebelum tidur.
Menurut survey KPAI, masih ada sebanyak 79% orang tua yang tidak menerapkan peraturan penggunaan gadget kepada anak. Padahal, orang tua perlu konsisten dalam menerapkan batasan waktu dan memberikan contoh dengan mengurangi penggunaan gadget di hadapan anak. Hal ini penting untuk dilakukan agar ada aturan jelas yang membantu mencegah terjadinya konflik di dalam keluarga. Ketika semua anggota keluarga memahami dan setuju dengan aturan yang diterapkan, anak-anak lebih mudah menerima batasan yang diberikan. Konsistensi dalam penerapan aturan ini memberikan panduan yang stabil dan mengurangi kebingungan atau frustrasi anak-anak tentang kapan mereka boleh menggunakan gadget.
Orang tua atau caregiver anak harus bisa menciptakan lingkungan yang mendukung kegiatan fisik dan sosial seperti bermain di luar, mengikuti klub hobi, atau berinteraksi dengan teman sebaya. Kegiatan seperti ini tidak hanya membantu anak mengalihkan perhatian dari gadget tetapi juga berkontribusi pada perkembangan fisik dan emosional mereka. Selain itu, menyediakan alat-alat permainan yang kreatif, seperti bola, sepeda, atau bahan seni dan kerajinan dapat mendorong anak-anak untuk lebih aktif dan terlibat dalam aktivitas non-digital. Dengan terlibat dalam berbagai kegiatan yang bermanfaat, anak-anak akan belajar menikmati dunia di luar layar dan mengembangkan keterampilan serta minat baru yang dapat memperkaya pengalaman hidup mereka.
Selanjutnya, penting bagi orang tua untuk berkomunikasi secara terbuka dengan anak mengenai dampak negatif dari penggunaan gadget yang berlebihan. Hasil penelitian menegaskan bahwa cara orangtua dalam menanggulangi anak dari kecanduan gadget diantaranya adalah dengan cara pendampingan, pengawasan dan komunikasi terbuka. Edukasi tentang kesehatan digital, termasuk risiko kesehatan mata, gangguan tidur, dan dampak sosial dapat membantu anak memahami pentingnya membatasi waktu layar.
Terakhir, orang tua juga dapat menggunakan pendekatan positif dengan memberikan penghargaan atau insentif bagi anak yang berhasil mengurangi penggunaan gadget dan melakukan kegiatan alternatif yang lebih sehat. Penghargaan ini bisa berupa pujian, hadiah kecil, atau aktivitas spesial bersama keluarga. Selain itu, orang tua harus menjadi teladan dengan mengatur penggunaan gadget mereka sendiri secara bijak, menunjukkan bahwa waktu bersama keluarga dan aktivitas non-digital sangat bernilai. Dengan pendekatan yang konsisten dan positif, anak-anak akan lebih termotivasi untuk mengadopsi kebiasaan digital yang sehat dan seimbang, membuat rutinitas harian yang menyenangkan dan bebas gadget, seperti membaca buku bersama sebelum tidur atau berjalan-jalan di sore hari juga dapat memperkuat kebiasaan baik ini.
Dengan pendekatan yang tepat, kecanduan gadget pada anak dapat diatasi secara efektif. Konsistensi dalam menetapkan aturan, memberikan contoh yang baik, serta menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitas non-digital adalah kunci untuk membantu anak mengembangkan kebiasaan yang lebih sehat dan seimbang. Mengatasi kecanduan gadget memang bukan hal yang mudah, namun dengan kesabaran, komitmen, dan kerjasama antara orang tua dan lingkungan sekitar, anak-anak dapat tumbuh menjadi individu yang lebih seimbang dan produktif di era digital ini. Dengan demikian, mereka akan mampu memanfaatkan teknologi secara bijak dan tetap menikmati dunia nyata yang penuh dengan pengalaman berharga dan interaksi sosial yang bermakna.
Penulis : Regizki Maulia
Photo by Jessica Lewis 🦋 thepaintedsquare on Pexels
Dapatkan Berita Terkini khusus untuk anda dengan mengaktifkan notifikasi Antaranews.com
Selasa, 23 Mei 2023 15:08 WIB
Mengatasi dan Mencegah Kecanduan Gadget pada Anak
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
Perkembangan teknologi semakin berkembang dengan pesat sesuai dengan perkembangan zaman. Teknologi muncul dengan berbagai macam jenis dan fitur Teknologi selalu baru dari hari ke hari. Kebutuhan terhadap teknologi merupakan salah satu kebutuhan penting saat ini, hal ini disebabkan karena teknologi sangat dibutuhkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia.
Salah satu produk teknologi yang sangat dibutuhkan saat ini adalah aplikasi teknologi informasi. Manfaat yang dapat diberikan oleh aplikasi teknologi informasi adalah mendapatkan informasi untuk kehidupan pribadi seperti informasi tentang kesehatan, hobi, rekreasi, dan rohani. Selain itu untuk profesi seperti sains, teknologi, perdagangan, berita bisnis, dan asosiasi profesi. Sarana kerjasama antara pribadi atau kelompok yang satu dengan pribadi atau kelompok yang lainnya tanpa mengenal batas jarak dan waktu, negara, ras, kelas ekonomi, ideologi atau faktor lainnya yang dapat menghambat bertukar pikiran.
Salah satu produk aplikasi teknologi informasi yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan yang paling berkembang pada saat ini adalah gadget. Pada era globalisasi seperti saat ini, kebutuhan seseorang untuk melakukan interaksi sosial khususnya untuk berkomunikasi satu dengan lainnya tidaklah susah. Hanya dengan menggunakan gadget seseorang dapat berinteraksi satu dengan orang lain. Gadget sendiri dapat berupa komputer atau laptop, tablet PC, dan juga telepon seluler atau smartphone. Gadget pada era globalisasi sangatlah gampang dijumpai, sebab hampir semua kalangan masyarakat memiliki gadget. Pasalnya gadget tidak hanya beredar di kalangan remaja (usia 12-21 tahun) dan dewasa atau lanjut usia (usia 60 tahun ke atas), tetapi juga beredar di kalangan anak-anak (usia 7-11 tahun) dan ironisnya lagi gadget bukan barang asing untuk anak (usia 3-6) tahun yang seharusnya belum layak menggunakan gadget.
Kita ketahui bahwa Penggunaan gadget bagi anak usia dini bagai dua mata pisau. Di satu sisi memberikan banyak manfaat bagi perkembangan anak, namun di sisi lain juga memberikan dampak yang berbahaya bagi pengembangan karakternya. Dalam sebuah ulasan disampaikan oleh pendiri New Parent Academy, memaparkan gadget memiliki beberapa manfaat yakni dapat menunjang pengetahuan serta mempersiapkan anak menghadapi dunia digital. Dijelaskan, pengetahuan bisa diperoleh melalui beragam aplikasi edukatif yang bisa Diunduh gadget tersebut. Aplikasi semisal menebak warna bisa melatih kemampuan anak dalam mengenali jenis-jenis warna di sekitarnya. Selain itu, gadget juga dapat melatih kemampuan berbahasa asing anak karena biasanya aplikasi maupun program yang tertera di gadget menggunakan bahasa asing.
Pengenalan gadget pada anak usia dini sangat penting karena dapat membantu menstimulasi imajinasi, membantu memperbaiki kemampuan mendengar, mempelajari suara-suara dan bicara, serta dapat membantu daya pikir strategi anak, namun tetap pada pengawasan orangtua. Sebagian besar orang menganggap bahwa dengan memberikan gadget pada anak akan lebih mudah orang tua melakukan pekerjaan mereka dari pada terus diganggu oleh si anak, pada sisi lain lagi orangtua atau guru berpendapat bahwa dengan memberikan gadget pada anak sejak dini anak akan lebih familiar dengan teknologi sehingga membuat mereka dapat memiliki wawasan dan ilmu pengetahuan yang lebih cepat dan luas. Namun, gadget juga meninggalkan sejumlah dampak negatif antara lain dapat menghambat perkembangan motorik anak, menghambat perkembangan bahasa dan sosial anak, menimbulkan masalah perilaku, serta menimbulkan masalah kesehatan fisik. Anak usia dini masih dalam tahap perkembangan motorik yang mengharuskannya banyak bergerak. Disisi lain penggunaan gadget yang berlebihan akan membuat anak diam terlalu lama sehingga perkembangan kesehatannya akan terganggu dan anak akan mengalami obesitas. Bahkan tidak hanya motoriknya, kemampuan berbahasa dan bersosial anak juga akan terhambat karena anak tidak banyak berinteraksi dengan orang lain. Selanjutnya adalah dapat menurunkan daya konsentrasi dan meningkatkan ketergantungan anak untuk dapat mengerjakan berbagai hal yang semestinya dapat mereka lakukan sendiri. Lebih lanjut, semakin terbukanya akses internet dalam gadget yang menampilkan segala hal yang semestinya belum waktunya dilihat oleh anak-anak mengandung akibat negatif yang membahayakan anak karena banyaknya fitur atau aplikasi yang tidak sesuai dengan usia anak. Dampak negatif terbesar bagi anak adalah ketika anak ketergantungan gadget.
Ketergantungan gadget akan membuat anak lupa bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya yang berdampak psikologis terutama krisis percaya diri pada anak, menghilangkan ketertarikan pada aktivitas bermain atau melakukan kegiatan lain. Ini yang akan membuat anak lebih bersifat menyendiri. Banyak anak yang lebih memilih bermain gadget ketimbang bermain dengan teman untuk bermain sekedar bermain bola di lapangan.
Ketika anak telah kecanduan gadget akan membuat anak merasa gelisah jika dipisahkan dengan gadget tersebut. Sebagian besar waktu mereka habis untuk bermain gadget. Akibatnya tidak hanya kurangnya kedekatan antara orang tua anak-anak juga cenderung menjadi introvert. Selain itu juga dapat mempengaruhi perkembangan otak anak. PFC (Pe Frontal Cortex) adalah bagian di dalam otak yang mengontrol emosi, kontrol diri, tanggung jawab dan nilai moral lainnya. Anak yang kecanduan teknologi, otaknya akan memproduksi hormon dopamine secara berlebihan yang mengakibatkan fungsi PFC terganggu.
Cara Mengatasi Anak Kecanduan Gadget
Kecanduan gadget pada anak bisa membuat anak jadi malas bergerak dan tidak fokus pada pelajaran sekolahnya. Hal ini bisa membuat prestasi di sekolah jadi menurun. Selain itu, dalam beberapa penelitian menyebutkan bahwa kecanduan gadget yang diikuti gaya hidup tidak sehat, termasuk ngemil berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, dan tidur hingga larut malam, akan meningkatkan risiko anak terkena obesitas dan penyakit jantung di kemudian hari. Oleh karena itu, supaya anak terhindar dari dampak buruk tersebut, berikut ini adalah langkah-langkah yang bisa kita terapkan untuk mengatasi kecanduan gadget pada anak :
1. Jadi contoh yang baik untuk anak.
Anak-anak adalah “peniru ulung”, oleh karena itu orang tua diharapkan bisa menjadi contoh yang baik untuk mereka. Jika anak sering melihat orangtua atau orang sekitarnya bermain gadget hingga larut malam atau makan sambil main games, bukan tidak mungkin anak akan meniru tindakan ini. Oleh karena itu, cara pertama untuk mengatasi kecanduan gadget adalah dengan menjadi contoh yang baik untuk anak. Sebisa mungkin, jangan bermain gadget di depan anak dan gunakan gadget sewajarnya.
2. Batasi dan awasi penggunaan gadget pada anak.
Untuk mengatasi kecanduan gadget pada anak, waktu mengakses gadget harus dibatasi. Tentukan durasi dan jadwal untuk bermain gadget, misalnya 1-2 jam dalam sehari. Selain itu, awasi juga anak saat bermain gadget, supaya ia tidak mengakses konten pornografi atau kekerasan. Jika gadget dilengkapi dengan fitur age-restricted, terapkan fitur ini untuk membatasi waktu dan jenis aplikasi atau tontonan yang bisa di akses oleh anak. Dalam menerapkan batasan ini, orangtua perlu bersikap tegas. Latih anak untuk meminta izin terlebih dahulu sebelum bermain gadget dan mengembalikannya dengan baik setelah selesai digunakan.
3. Buat aktivitas menyenangkan bersama anak.
Untuk mengatasi kecanduan gadget, orangtua bisa merancang aktivitas lain yang menyenangkan agar pikiran anak teralihkan. Ajak anak bersepeda atau lari pagi, memasak bersama, menggambar atau mewarnai bersama, atau berkebun di pekarangan rumah. Selain itu, ajaklah anak ke taman dekat rumah supaya anak bisa bermain dengan teman-teman sebayanya.
4. Tetapkan wilayah bebas gadget di rumah.
Dalam hal ini orang tua, bisa menetapkan tempat-tempat bebas gadget di dalam rumah, misalnya ruang makan, ruang keluarga, atau kamar tidur. Artinya ketika berada di dalam ruangan ini, siapa pun tidak boleh menggunakan gadget. Tentunya hal ini orangtuapun juga mentaati aturan tersebut.
5. Beri tahu anak bahaya menggunakan gadget terlalu lama.
Orangtua bisa mengajak anak bebicara tentang berbahayanya pengunaan gadget dalam waktu yang lama dan terus menerus. Risiko yang ditimbulkan bisa terjadinya risiko terjadinya obesitas atau sakit mata jika anak lebih sering duduk main gadget dan jarang bermain di luar rumah. Selain itu, jelaskan pada anak dengan bahasa yang mudah bahwa gadget dan internet bisa menjadi tempat yang berbahaya untuknya, apalagi jika anak juga bermain di media sosial.
Tidak masalah membahas mengenai orang jahat yang beraksi melalui media sosial, asalkan orangtua juga mendiskusikan bersama-sama bagaimana cara menghindari masalah tersebut, misalnya dengan menyepakati bahwa penggunaan gadget harus selalu diawasi. Pastikan anak tetap merasa aman dan tidak jadi khawatir berlebihan.
6. Berikan mainan yang sesuai usia anak.
Cara mengatasi anak kecanduan gadget lainnya adalah memberikan mainan sesuai usianya. Untuk anak usia 1-3 tahun, mainan yang cocok diberikan adalah mainan blok, puzzle, krayon dan buku gambar, atau permainan profesi. Anak yang lebih besar juga bisa diberikan mainan tersebut dengan tingkat kesulitan yang disesuaikan.
Langkah-langkah di atas memang perlu orangtua lakukan untuk membatasi penggunaan gadget anak. Namun, usahakan untuk tidak memarahi atau meneriaki saat anak sedang mengeyel. Alih-alih memahami maksud orangtua, justru bisa mengalami trauma yang dapat mengganggu kesehatan mentalnya.
Dengan melihat beberapa ulasan di atas, ketergantungan gadget pada anak usia dini merupakan kondisi dimana anak menggunakan gadget secara terus menerus lebih dari 2 (dua) jam. Anak akan melakukan protes bahkan jika tidak diberikan gadget bahkan anak tidak dapat melewatkan waktu sehari pun tanpa gadget. Dalam upaya mencegah ketergantungan anak terhadap penggunaan gadget, orang tua perlu memiliki pemahaman sehingga orang tua dapat memberikan pencegahan yang tepat untuk melakukan pembiasaan-pembiasaan bagi anak-anaknya dalam mengurangi penggunaan gadget secara terus menerus. Menurut pemahaman orangtua, gadget memiliki manfaat positif dan dampak negatif bagi anak. Manfaat positif di antaranya anak dapat belajar dari berbagai konten-konten yang sesuai. Adapun dampak negatif gadget bagi anak salah satunya anak akan kurang aktif dalam bersosialisasi maupun kurang aktif secara fisik. Bentuk-bentuk pemberian pencegahan yang dapat dilakukan oleh orang tua, seperti memberi arahan, memberi pengertian, memberi nasehat dan lain sebagainya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan orang tua yaitu bersama sang anak. Hal tersebut dapat membuat anak merasa nyaman tanpa harus menggunakan gadget.
Selain itu, orang tua dapat berupaya mengarahkan anak untuk dapat berinisiatif melakukan interaksi dengan tetangga atau dengan teman sebayanya agar anak dapat bermain dengan teman sebayanya ketika sedang melakukan kegiatan yang lain. Upaya lainnya yang dapat dilakukan orang tua seperti memberi aturan ketika anak tetap ingin menggunakan gadget, seperti konten apa saya yang boleh digunakan, memberi batas waktu bermain misalkan hanya boleh menggunakan gadget 15 menit perhari, dan juga tetap dalam pengawasan orang tua. Orang tua sangat berperan penting dalam mengantisipasi ketergantungan anak terhadap penggunaan gadget, orang tua perlu menjadi teladan yang baik bagi anak. Jika anak mendapatkan batasan waktu untuk menggunakan gadget begitupun dengan orang tua, tidak menggunakan gadget di depan anak, agar dapat menjadikan contoh yang baik secara adil.
Akbar, Sa’dun. 2015. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Hastuti. 2012. Psikolog Perkembangan Anak. Yogyakarta : Tugu Publisher.
Novitasari, W. & Khotimah, N. 2016. Dampak Penggunaan Gadget Terhadap Interksi Sosial Anak Usia 5 - 6 Tahun. Jurnal PAUD Teratai, 05 (03): 182 - 186.
Pebriana, P.H. 2017. Analisis Penggunaan Gadget terhadap Kemampuan Interaksi Sosial pada Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi, Vol 1 (No.1), hal 1-11.
Wardiana, P. A., Wiarta, I. W., & Zulaikha, S. 2014. Hubungan antara Adversity Quotient (Aq) dan Minat Belajar dengan Prestasi Belajar Matematika pada Siswa Kelas V SD. Jurnal PGSD, 2 (1), 1 - 11.
Fathia Nurfadilah, Badru Zaman, Nur Faizah Romadona. Upaya Orang Tua untuk Mencegah Ketergantungan Anak Terhadap Penggunaan Gadget. Edukids : Jurnal Pertumbuhan, Perkembangan, dan Pendidikan Anak Usia Dini.
Rabu, 06 November 2024 | 11:11 WIB